Jika kita mau menghitung satu demi satu, kira-kira berapa banyak film yang sudah kita tonton?. Mulai dari film drama, action, horror, bahkan film biru (samaran dari film blue atau bokep biar jangan dicap sebagai blog mesum). Tapi mohon maaf bagi para pembaca yang bisa dibilang agak sedikit lumayan mesum, review dari film biru tidak akan saya tulis di blog ini agar blog ini aman untuk semua umur. Ini adalah postingan pertama pada bagian review film, awalnya tidak ada bagian review film, hanya ada tentang lagu dan jalan-jalan. Tapi, beberapa hari yang lalu saya mengubah tema blog dengan memasang menu yang lumayan banyak sampai saya sendiri bingung apa yang harus saya tulis di sini. Berhubung menonton film adalah salah satu hobi saya, maka akhirnya saya memutuskan untuk menambahkan review film pada bagian menu review.
Tak terhitung rasanya berapa banyak film yang sudah saya tonton, sejak kecil saya selalu tertarik dengan sebuah film dan kemudian mengomentari bagian-bagian yang rasanya kurang pas atau tidak masuk di akal. Pada postingan pertama dari review film ini saya memilih untuk menulis tentang sebuah film Prancis yang berjudul “The Intouchables”, sebuah film yang terinspirasi dari kisah nyata. Film ini bercerita tentang hubungan persahabatan yang terbentuk diantara seorang jutawan tunadaksa bernama Philippe yang diperankan olehFrancois Cluzet dan perawatnya Driss yang diperankan oleh Omar Sy. Dalam film ini, diceritakan bahwa kedua orang ini memiliki kepribadian yang sangat bertolak belakang. Philippe adalah seorang tunadaksa kulit putih yang kaya raya, bagian badan dari leher sampai ujung kaki mati rasa dan tidak dapat digerakkan sama sekali, dia menyukai musik klasik, jauh dari dunia kriminal dan kemiskinan. Sementara Driss adalah orang kulit hitam yang tinggal di pinggiran kota dan baru 6 bulan setelah dia keluar dari penjara karena mencuri perhiasan.
The Intouchables ini merupakan film yang sangat memuaskan untuk ditonton karena mampu membawa suasana hati orang yang menonton untuk mengikuti alurnya, mulai dari momen yang menyentuh, sedih, lucu, dan ada juga beberapa konflik yang merupakan gambaran nyata dari kehidupan Driss. Philippe adalah orang yang sangat kaya, dia mengadakan interview untuk mencari orang yang dapat mengasuhnya. Rata-rata orang yang diwawancara merupakan tipe orang penjilat yang datang dengan cara yang sangat sopan karena ingin mendapatkan pekerjaan tersebut. Bermacam-macam alasan yang mereka gunakan, paling banyak adalah karena mereka senang bergerak di bidang kemanusiaan seperti mengurus orang cacat dan lain sebagainya.
Driss merupakan salah satu dari sekian banyak orang yang hadir di rumah Philippe untuk diwawancarai pada hari itu. Berbeda dengan peserta interview yang lain, Driss datang dengan cara yang tidak sopan, bahkan tidak sabar menunggu sampai tiba gilirannya untuk diwawancarai. Terlebih lagi dia malah mencuri perhiasan berbentuk telur milik Philippe yang dipajang di ruang tunggu interview. Jika peserta interview yang lain hadir untuk memperoleh pekerjaan, maka Driss datang dengan alasan yang berbeda, tujuannya hanya untuk mendapatkan tanda tangan pada surat yang menunjukkan bahwa dia telah datang untuk megikuti interview. Surat itu kemudian dapat digunakan untuk mendapatkan uang bantuan dari Negara.
Ketika masuk dalam ruang interview, Driss terlihat sangat tidak tertarik dengan pekerjaan yang ditawarkan dan sangat memaksa hanya untuk mendapatkan tanda tangan Philippe. Tidak hanya masuk dengan cara yang tidak sopan, dia juga menggoda assisten Phlippe, Magalie yang diperankan oleh Audrey Fleurot. Diluar perkiraan, ternyata Philippe mnginginkan Driss untuk menjadi pengasuhnya. Orang yang tinggal di pinggiran kota seperti Driss dikenal sebagai orang yang tidak memiliki belas kasih karena kehidupan mereka yang keras dan bias dikatakan berada pada garis kemiskinan. Bisa dilihat dari ekspresi Driss ketika diberikan sebuah kamar dirumah Philippe yang lengkap dengan kamar mandi seperti terlihat pada gambar berikut.
Terlihat dalam film ini bahwa Philippe memilih Driss untuk menjadi pengasuhnya karena sudah muak diperlakukan sebagai orang cacat. Meskipun sebenarnya cacat, Philippe ingin memiliki teman yang bisa lebih memperlakukannya sebagai teman daripada sebagai orang cacat. Sikap humoris yang dimiliki Driss ternyata menjadi salah satu hal yang menjadikan persahabatan mereka menjadi lebih solid. Sebagian besar dari waktu yang mereka habiskan bersama, Driss memperlakukan Philippe tidak seperti orang pada umumnya memperlakukan orang cacat, dia bahkan memberikan rokok ganja kepada Philippe. Di awal dia bekerja, dia menggunakan shampoo untuk kaki Philippe dan menggunakan cream kaki untuk rambutnya. Satu lagi hal konyol yang dilakukan oleh Driss adalah memodifikasi kursi roda Philippe dengan menambah kecepatannya.
Kehadiran Driss memberikan warna baru dalam kehidupan Philippe. Yang sebelumnya datar dan biasa-biasa saja menjadi lebih seru. Ada satu momen ketika Philippe mengadakan pesta ulang tahunnya, biasanya orang-orang datang untuk mengikuti acara pestanya dan menikmati hiburan pertunjukkan musik klasik hingga selesai. Namun, suasanya berubah dengan adanya Driss, dia menjadikan pesta ukang tahun Philippe menjadi lebih meriah dengan memutar lagu-lagu R & B dan berjoget bersama seluruh staff pengurus rumah. Driss yang hadir dengan apa adanya ini membuat orang-orang dalam rumah itu kemudian sangat menyukainya, terutama pengawas pembantu bernama Yvonne yang diperankan olehAnne le Ny.
Ini adalah film yang sangat luar biasa, sangat menyentuh hati. Kisah persahabatan yang luar biasa, hadir dengan cara yang berbeda. Saya sangat merekomendasikan film ini bagi para pecinta film drama, drama komedi, ataupun biography. Sebuah film yang terispirasi dari kisah nyata dan disajikan dengan cerita yang kuat serta pesan moralnya sangat muncul mampu membuat kita mengikuti alur ceritanya secara tidak sadar.
No comments:
Post a Comment